BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ekspansi Eropa yang paling cepat
terjadi di Afrika. Afrika adalah Benua terbesar setelah Asia. Sampai dengan
permulaan abad 19 Afrika belum mempunyai daya tarik yang memikat bagi bangsa
Barat. Hingga 1870-an kepentingan kekuatan besar di Afrika tampak lebih kecil
dan mungkin bahkan semakin merosot. Pada saat itu belum ditemukan bukti-bukti
tentang kekayaan alam Afrika. Tidak banyak orang luar yang mengetahui letak
sumber emas yang telah ditambang di beberapa daerah di Afrika Barat dan Tengah.
Setelah penjelajah Inggris yang bernama D. Livingstone dan Henry Morton Stanley
membuka rahasia “benua gelap” itu, mulailah bangsa Barat mengenal daerah-daerah
Afrika beserta kekayaan alamnya. Hingga 1880, bangsa-bangsa Eropa hanya
menguasai sepersepuluh benua itu. Baru tiga dasawarsa kemudian, pada 1914.
Eropa mengklaim seluruh Afrika kecuali Liberia (suatu wilayah kekuasaan kecil
yang dihuni para budak yang dibebaskan dari Amerika) dan Abyssinia (Ethopia),
yang berhasil menahan penyerbu di Italia di Adowa pada 1896. Bangsa Barat ingin
menjadikan Afrika sebagai tempat dimana mereka akan mempertahankan politik
kolonialisme-imperialismenya.
1.2.Rumusan Masalah
1.
Apa kepentingan Jerman, Portugal, Spanyol, dan Italia di Afrika?
2.
Bagaimana penerapan politik Jerman, Portugal, Spanyol dan Italia di Afrika?
3.
Bagaimana reaksi yang dilakukan oleh Afrika terhadap politik Jerman, Portugal,
Spanyol dan Italia?
4.
Perubahan-perubahan apa saja yang terjadi di Afrika terhadap penerapan politik
tersebut?
1.3.Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
1.
Untuk mengetahui kepentingan Jerman, Portugal, Spanyol, dan Italia di Afrika?
2.
Untuk mengetahui penerapan politik Jerman, Portugal, Spanyol dan Italia di
Afrika?
3.
Untuk mengetahui reaksi yang dilakukan oleh Afrika terhadap politik Jerman,
Portugal, Spanyol dan Italia?
4.
Untuk mengetahui Perubahan-perubahan apa saja yang terjadi di Afrika terhadap penerapan
politik tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah
Periode masa antara tahun 1500-1900
merupakan masa yang kabur dan suram bagi benua afrika khususnya bagi Afrika
Utara. Mengapa sampai dikatakan sebagai masa yang suram dan kabur ? semuanya
bermula pada tahun 1517 yakni pada masa itu Turki berhasil menguasai Afrika
bagian utara yang berarti bahwa seluruh daerah tersebut berada dalam genggaman
kekuasaan Bangsa Turki. Dalam hal ini, maka Afrika Utara merupakan bagian dari
kekuasaan kerajaan “Ottoman”. Hal ini mengakibatkan daerah Afrika Utara
mengalami kemunduran khususnya dibidang pertanian. Dengan demikian maka
kedudukan orang-orang Islam mulai bertambah kuat di daerah Afrika Utara
khususnya di bagian Nil Tengah yang mana sebelumnya merupakan daerah pemukiman
orang-orang kristen. Pada masa itu pula orang-orang Arab banyak yang datang dan
mulai menempati daerah-daerah di Sudan bagian Timur dan dan berpindah ke
tempat-tempat di bagian Barat Sudan. Dengan demikian terjadinya pergantian
kekuasaan politik di Sudan Barat yang sebelumnya berada dibawah kekuasaan Mali
dengan berbahasa Songhai ketangan Bangsa Turki.
Dimasa ini mulai dikembangkan ”
Perdagangan Budak Belian “. Orang-orang yang menjadi sasaran budak atau yang
dijadikan budak belian yaitu orang-orang dari Ras Negroid. Usaha ini
dilaksanakan atas kerjasama antara orang-orang Eropa dengan orang-orang Arab.
Orang-orang yang dijual belikan tersebut kemudiaan diangkut ke Amerika sebagai
para budak.
Dimasa ini juga terjadi penyerangan
dari orang-orang Somali ke suku Galia dan memasuki Daerah Ethopia Tengah dan
Selatan. Namun mereka tinggal tidak dan bertahan tetapi mereka kembali ke
daerah Somali. Pada masa ini juga, bangsa-bangasa Eropa mulai berdatangan ke
Afrika. Bangsa Eropa yang pertama kali sampai di Afrika adalah Bangsa Portugis
diikuti oleh bangsa-bangsa lainnya di Eropa seperti Spanyol, Belanda, Inggris,
Belgia, Prancis, Jerman, dan Italia. Namun yang merupakan pelopor imperialisme
barat di Afrika yaitu Portugis dan Spanyol. Namun di afrika kaum imperialis
tidak menguasai daerah-daerah pedalaman akan tetapi hanya menguasai
daerah-daerah di tepi-tepi pantai yang digunakan sebagai pos-pos perdagangan.
Daerah-daerah di tepi pantai Afrika
menjadi lahan rebutan antar Bangsa Portugis dan Spanyol karena merupakan daerah
yang baik bagi pemasaran hasil.
Persaingan juga terjadi antar bangsa Belanda , Inggris, dan Prancis. Bangsa Belanda berhasil mendesak Portugis dan di pantai barat Afrika tetapi tidak dapat menandingi Inggris dan prancis di daerah itu. Dibawah pimpinan jan van reibeck belanda berhasil melakukan kolonialisasi di sekitar cape colony pada abad ke-17 dengan menyebut diri mereka sebagai “ Bangsa Bur “ karena penghidupannya. Dengan memanfatkan tenaga para budak yakni orang-orang berkulit hitam “Suku Hottentot dan Bushman” maka bangsa Bur berhasil mendirikan pemerintahan putih di Afrika berdasarkan diskriminasi ras, yang kemudian ditentang.
Pada abad ke-18, perdagangan budak semakin gencar dilakukan oleh pedagang-pedagang dari Arab, Eropa, dan para Kepala Suku di Afrika. Orang-orang kulit hitam ditangkap dan diperjual belikan sebagai budak di benua baru dan keturunan mereka pun menjadi budak sampai pada beberapa generasi. Pada tahun 1787 di Inggris didirikan “Committe For The Abolition Of The Slave Trade” yang idpimpin oleh Granville Sharp Wilberforce dan Hanna Moore yang mana ini merupakan pelopor penghapusan perbudakan di Afrika.
Persaingan juga terjadi antar bangsa Belanda , Inggris, dan Prancis. Bangsa Belanda berhasil mendesak Portugis dan di pantai barat Afrika tetapi tidak dapat menandingi Inggris dan prancis di daerah itu. Dibawah pimpinan jan van reibeck belanda berhasil melakukan kolonialisasi di sekitar cape colony pada abad ke-17 dengan menyebut diri mereka sebagai “ Bangsa Bur “ karena penghidupannya. Dengan memanfatkan tenaga para budak yakni orang-orang berkulit hitam “Suku Hottentot dan Bushman” maka bangsa Bur berhasil mendirikan pemerintahan putih di Afrika berdasarkan diskriminasi ras, yang kemudian ditentang.
Pada abad ke-18, perdagangan budak semakin gencar dilakukan oleh pedagang-pedagang dari Arab, Eropa, dan para Kepala Suku di Afrika. Orang-orang kulit hitam ditangkap dan diperjual belikan sebagai budak di benua baru dan keturunan mereka pun menjadi budak sampai pada beberapa generasi. Pada tahun 1787 di Inggris didirikan “Committe For The Abolition Of The Slave Trade” yang idpimpin oleh Granville Sharp Wilberforce dan Hanna Moore yang mana ini merupakan pelopor penghapusan perbudakan di Afrika.
Setelah tahun 1985 ekspansi barat
mulai besar-besaran ke benua afrika. Daerah-daerah yang biasanya mereka kuasai
adalah daerah tepi pantai dan pedalaman. Pendudukan yang dilakukan ada yang
secara paksa namun ada pula yang dengan jalan damai yaitu dengan mengadakan
perjanjian dengan kepala suku pribumi.
Dengan Jerman, Inggris mengadakan
sebuah Traktat (1886) untuk mengatur batas-batas daerahnya di Afrika Timur.
Akibat traktat ini kekuasaan sultan Zanzibar menjadi terdesak. Pada 1890
dicapai perjanjian Helgolang, dibuat antara Inggris dibuat antara Inggris dan
Jerman isinya menguntungakan kedua bela pihak. Perjanjian dengan Prancis juga
dibuat oleh Inggris 1890, pengaruh kekuasaan Prancis lebih terpusat di Afrika
Barat-laut, sedangakan Inggris di Afrika Timur.
Pada 1890 inggris juga mengadakan
perjanjian dengan Portugal, yang akibatnya Portugal terpaksa melepaskan
sebagian besar Sudan. Pada tahun 1899 sudan dapat dikuasai oleh Inggris-Mesir.
Dibentuk sebuah kondominion yang menyatakan bahwa Sudan di perintah di sudan.
Lord Kitchener ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal di Sudan, dan sesudah 1899
perlawanan yang dilakukan leh pengikut Mahdi dapat di atasi.
Persaingan antara inprialisme barat
juga terjadi di Maroko sehingga terjadi apa yang disebut krisis Maroko I (1905)
dan krisis Maroko II (1911). Krisis Maroko I dapat diatasi dalam komperensi
internasional di Algesiras (1906), dan isinya menguntungkan Prancis dan
Inggris; Prancis diijinkan secara bebas melakukan penetrasi secara damai
terhadap daerah Maroko, selain bagian utara; daerah pantai daerah utara di
serahkan kepada Spanyol.
Krisis yang kedua terjadi ketika
Prancis menghadapi kesulitan di Maroko pada 1911. pada waktu itu Jerman muncul
sebagai pesaingnya. Sesudah kapal perang jerman mendara di Agadir, dan ini
merupakan tantangan bagi Prancis. Sesudah negara-negara lain campur tangan
akhirnya Jerman meninggalkan Maroko.
Di daerah Afrika sepanjang Laut
Merah, pada 1885 Italia mendapat daerah Aritrea. Dari tempat ini pada 1895
Italia menyerang Ethiopia, tetapi pada 1896 dalam pertempura Adua Italia
mengalami kekalahan.
Mengenai perebutan di daerah-daerah
di Afrika Barat, Afrika Ekuator, Afrika Tengah dapat di atasi dengan berbagai
macam perjanjian diantara kaum imprialisme itu sendiri, sehingga tidak pernah
terjadi krisis. Sebagian besar daerah Afrika Barat dan Ekuator dimiliki oleh
Prancis diselah oleh beberapa milik Spanyol, Portugal, Jerman, dan Inggris.
Sampai saat sebelum meletus perang
dunia II, Inggris dan Prancis memiliki tanah jajahan terbersar di Afrika. Pada
umumnya daerah jajahan prancis terkompul di daerah Afrika Barat dan Afrika
Ekuator, ditambah beberapa di sebelah timur laut. Inggris menguasai daerah
utara dari Mesir sampai ke Cape Colony di selatan, beberapa di Afika Barat.
Jerman hanya emilki 4 buah kolni : Togo,kamerun,afrika timur dan afrika
barat-daya.Daerah Ruwanda Burundi masuk Afrika Tiumr Jerman. Portgal memiliki
Genua dan Angola di pantai samudera Atlantik (Afrika Barat ), dan Mozambik di
pantai timur. Spyol memliki Maroko Utara dan beberapa di Afrika Barat. Italia
di Libia,Entrea dan Somali.sedan Kongo menjadi jajahan Belgia sejak 1908.
Menurut konperensi perdamaan bekas
koloni Jerman dijadikan daerah mandat atau perwakilan. Jendral Smuts dari Uni
Afrika Selatan merupakan “Bapak” dari sistem mandat tersebut. Istilah mandat
atau perwakilan mengandung isi tangung jawab bangsa-bangsa yang sudah maju atas
pembangunan dan kemakmuran penduduk yang masih terbelakang. Sistem mandat juga
merupakan pelaksanaan prinsip internasionalisasi koloni Jerman seperti yang
disebut-sebut selama perang masih berkobar.
2.2. Afrika Barat Dan Timur, Daerah Sasaran Pedagang Barat
1.
Afrika Barat
Sesudah Congo, delta Sungai Niger merupakan daerah
yang penting di Afrika Barat. Di daerah-daerah ini pembentuk imperium dari
Jerman, Inggris dan Prancis saling bersaingan untuk mendapatkan daerah pengaruh.
Konflik yang pertama terjadi antara kongsi dagang Inggris dan Prancis. Ketika
Prancis kalah memperebutkan daerah sungai Niger, perhatian dialihkan ke
Dahomey, daerah di sebelah barat Nigeria. Pada 1878 Prancis telah dapat
mengadakan perjanjian dengan raja pribumi Afrika di daerah tersebut. Kemudian
didirikan beberapa benteng dan kantor dagang. Sebelum 1880, daerah Prancis di
Afrika Barat baru meliputi Senegal dan Gabon. Kemudian daerah Gabon deiperluas
dengan sebagian daerah Congo. Pada 1883, Prancis memproklamirkan protektorat
Porto Novo. Lalu tahun 1889-1893 terjadi peperangan antara Prancis dan raja
bumiputera dan diakhiri dengan kemenangan di pihak Prancis. Kemudian daerah
raja tersebut dinyatakan dibawah protektorat Prancis.
Pada 1883 Pantai Gading menjadi milik Prancis.
Penanaman kekuasaan didaerah ini telah dimulai sejak 1842 dengan mendirikan
pos-pos perdagangan. Pada 1885 Prancis mendirikan Guinea Prancis. Setahun
sebelumnya Jerman mengumumkan bahwa sebagian daerah Guinea itu adalah dibawah
protektorat Jerman. Prancis memprotes pengumuman tersebut. Akhirnya sesudah
diberi ganti berupa wilayah di Togi, Jerman meninggalkan Guinea.
Selain Inggris dan Prancis. Jerman juga menaruh
perhatian terhadap daerah di Afrika pantai Barat. Sejak diadakan Kongres Berlin
II, Jerman telah mulai menjalankan politik imperialisme modern. Hal ini
disebabkan antara lain karena desakan kaum kapitalis yang menghendaki
tanah-tanah jajahan untuk dijadikan tempat pelempar modal, pelempar hasil
industri ataupun diambil bahan mentahnya. Di Afrika Barat, Timur dan Selatan,
Jerman sering bertentangan dengan Inggris.
Pada 1884, Bismarck mengirimkan seorang, Dr. Gustav
Nachtigal, ke pantai Barat Afrika untuk mengibarkan bendera Jerman di wilayah
tersebut. Ketika ia mendarat di pantai Teluk Guinea, ia mengetahui adanya
keruwetan sehingga ia mengadakan perjanjian dengan kepala di daerah tersebut
dan berhasil mengibarkan bendera Jerman. Daerah Togo, adalah daerah jajahan
Jerman yang pertama di Afrika, sebuah tanah yang sempit tapi subur.
Kemudian Nachtigal meneruskan perjalanan ke Kamerun
dan mengibarkan bendera Jerman disana dengan membawa ganti rugi berupa uang
pada raja-raja disana. Nachtigal lalu menuju ke selatan ke Angra Pequena. Lalu
Jerman bersekutu dengan Prancis untuk menghadapi Inggris. Usaha tersebut
berhasil walau daerah kekuasan yang diperoleh belum seluas batas Afrika Barat
daya milik Jerman pada waktu kemudian. Makin lama wilayah Jerman ini diperluas
dan pada 1890 berdasarkan perjanjian Helgoland, mendapat tambahan daerah yang
terkenal dengan nama “Caprivistrip” atau “Caprivi-zippel”.
2. Afrika Timur
Pada 1876 Sultan Bargash dari Zanzibar mendapat
pengaruh dari Sir John Kirk (sebagai residen Inggris), konsul Inggris di negeri
tersebut. Ia memberi saran kepada Sultan tentang cara yang sebaik-baiknya untuk
membentuk pemerintahan yang efektif di daerah pedalaman Afrika Timur dan cara
memajukan negerinya.
Pada 1884, Dr. Karl Peters, seorang yang
bersemangat imperialism mendirikan sebuah perserikatan dengan tujuan mencari koloni
bagi negerinya. Lalu ia menyamar sebagai pekerja Inggris dan berhasil membuat
perjanjian dengan pengusaha bumiputera, sehingga daerah Uganda, Nguru, Usugara
dan Ukami berada dibawah pelindungan perserikatannya. Namun ia masih
bercita-cita mendapatkan daerah Somaliland dan Mozambique, kemudian ia meminta
surat perlindungan kepada Bismarck.
Munculnya orang-orang Jerman di Afrika Timur
merupakan saingan berat bagi pedagang Inggris karena mereka sama-sama memiliki
tujuan yang sama, yaitu selain untuk berdagang juga untuk menjelajah. Diantara
ialah Sir Herry Johnston. Pada 1888 serikat dagang milik Mackinnon mendapat hak
perlindungan dari pemerintahannya yang sejak saat itu diberi nama “British East
Africa Company”. Sejak saat itulah persaingan antara Peter dan Mackinnon
dimulai.
Ketika terjadi perang saudara yang disebabkan oleh
pertentangan antara pengikut misionaris protestan, katholik roma dan agama
islam, raja Uganda meminta bantuan opsir Inggris-Frederick Jackson yang dikirim
“British East Africa Company” ke daerah sekitar Danau Victoria dan Jackson
berhasil mengatasi masalah tersebut.
Ketika Bismarck tidak lagi berkuasa, Caprivi
melanjutkan rencana tukar menukar daerah. Maka pada 1890 diadakan perjanjian
antara Inggris dan Jerman yang disebut Perjanjian Helgoland dengan ketentuan:
1)
Inggris diakui sebagai pelindung atas daerah Uganda dan mendapatkan hak
protektorat atas Zanibar dan Kepulauan Zemba, Witu (distrik di pantai Afrika
Timur), Nyasaland; sebagai gantinya Jerman menerima Pulau Helgoland di laut
utara;
2)
Jerman memperoleh izin perluasan Kamerun sampai Danau Tsad dan tambahan derah
sempit “Caprivizipper” untuk Afrika Barat daya selebar 20 mil ke timur mencapai
Sungai Zambesi.
Ketentuan tersebut memungkinkan bagi Inggris untuk
menghubungkan Afrika Timur dengan daerah lembah Sungai Nil, sebaliknya Jerman
masih dapat melepaskan harapannya untuk mencapai Sudan. Akan tetapi Jerman
masih dapat meluaskan batas daerah Afrika Timur (Jerman) ke barat sampai
danau-danau Tanganyika dan Niyasa, serta ke Congo Free State dengan tujuan
merintangi terwujudnya impian kaum imperialis Inggris yang hendak menghubungkan
Cape dengan Cairo melalui daerah-daerah Inggris.
Prancis tidak dapat menerima protektorat Inggris
atas Kepulauan Zanzibar, karena kepulauan ini merupakan pusat perdagangan
(terpenting di Afrika Timur dan Prancis sendiri menginginkan memiliki daerah
tersebut. Oleh karena itu Inggris diperingatkan adanya perjanjian pada 1862,
yang berisi ketentuan bahwa kebebasan pulau-pulau tersebut harus dijamin.
Kesulitan ini kemudian dapat diatasi dengan cara memberi kompensasi kepada
Prancis. Pada 1890 tercapailah Perjanjian Inggris-Prancis yang menentukan bahwa
Prancis diberi kebebasan untuk menguasai Madagaskar dan Sahara, sedang
kekuasaan Inggris di Afrika Timur diakui oleh Prancis. Selain itu ditetapkan
pula ketentuan-ketentuan perbatasan yang masih meragukan di Gambia, Sierra
Leone dan Goldcoast. Sebuah garis yang menghubungkan Say-Barua dijadikan garis
batas, hingga daerah Niger tetap menjadi milik Inggris.
Dengan ini maka Afrika Timur menjadi milik British
East Africa Company. Pada April 1892, terjadi konflik antara misi Prancis dan
misi Inggris di Uganda. British East Africa Company yang telah diakui
kekuasaannya di daerah itu sejak 1890, ternyata tidak mampu mengatasi kesulitan
itu.
Akhirnya kompeni tersebut minta bantuan kepada
pemerintahnya. Ketika pemerintah Inggris tidak bersedia member bantuan, British
East Africa Company itu akan menarik diri dari Uganda. Berita ini sangat
mengejutkan tokoh-tokoh imperialis seperti Cromer dan Roseberry.
Orang-orang Inggris mempunyai alasan untuk
menyingkirkan bahaya pengaruh Prancis. Pada Januari 1893 Khedive Tewfik Pasha
diganti oleh putranya, Abbas II Hilmi, yang mendapat pengaruhnya neneknya ialah
Ismail. Dengan tiba-tiba pada 1893 Abbas mengangkat Fakhri Pasha sebagai
perdana menteri. Fakhri adalah seorang yang anti-Inggris. Berhubung dengan
pengangkatan tersebut Pemerintah Inggris member ultimatum kepada Khedive dan
Fakhri ditangkap. Sejak saat itu Abbas berjanji bahwa dalam pengangkatan
menteri-menteri, ia akan minta nasihat kepada agen-agen diplomatic Inggris yang
berada di negerinya.
Peristiwa tersebut mengakibatkan garnisun-garnisun
Inggris di Mesir makin kuat, dan dalam hal ini Prancis tidak dapat berbuat
apa-apa, selain mengajukan protes. Jerman tidak memberikan reaksi terhadap
protes Prancis, sehingga sikap Jerman ini menyenangkan Roseberry. Akibatnya
beberapa menteri dalam kabinet Gladstone banyak yang membantu politik menteri
luar negerinya, Roseberry, terhadap Uganda. Akhirnya dibentuklah suatu komisi
oleh pemerintah dengan tugas melakukan penyelidikan-penyelidikan sedang
penarikan diri British East Africa Company untuk sementara waktu ditangguhkan.
Pada masa cabinet Roseberry. Uganda dijadikan protektorat Inggris (April 1894).
2.3.
Kepentingan dan penerapan politik Portugal, Spanyol dan Italia di Afrika
1. Portugal
a. Kepentingan
Portugal
Selama
lima abad Portugal menguasai daerah-daerah di Afrika. Walaupun banyak
pengalaman tentang masalah koloni, koloni-koloni Portugal di Afrika merupakan
daerah yang terbelakang di bandingkan dengan negara-negara eropa barat lainya.
Ketika negeri-negeri barat melakukan politik imprealisme modern di Afrika,
politik kolonial tetap berjalan berdasarkan prinsif-prinsif kolonialisme antik.
Baru sesudah perang dunia II berakhir timbul aliran baru di Portugal untuk
memperbaharui politik tanah jajahanya.
Pada zaman
imprealisme modern, dengan munculnya negara-negara imprealis barat lainya di
Afrika Tengah seing menimbulkan ketegangan-ketegangan politik dan mengancam
kedudukan Portugal di aderah tersebut. Portugal sendiri mempunyai ambisi untuk
memperluas koloninya di Angola ketimur hingga dapat di gabungkan Dengan
Mozambique.
b.
Penerapan Politik Portugal
Didalam
teori politik kolonial Portugal berdasarkan persamaan ras dengan perbedaan
kultur. Didalam kenyataanya Portugal memang termasuk bangsa penjajah yang paling
kecil melakukan politik rasial. Oleh sebab itu perkawinan antara hitam dan
putih dikoloni Portugis merupakan hal yang biasa.
Akan
tetapi politik kolonial yang tidak mengenal diskriminasi ras tersebut hanyalah
sutu refleksi saja dari sistem yang berlaku di Portugal. Dibawah pemerintahan
diktator Dr. Salazer, pemerintah bersifat otokratis dengan sentralisasi ketat,
yang tidak memungkinkan adanya pemikiran-pemikiran demokratis untuk tanah
jajahan. Oleh sebab itu walaupun telah di umumkan dengan resmi bahwa
koloni-koloni di jadikan provinsi-provinsi diseberang lautan atau
provinsi-provinsi Afrika. Yang mempunyai hak sama dengan hak-hak yang dimiliki
oleh provinsi metropolitan, namun karena sifat pemerintahan Salazar yang
otokratis, maka pelaksanaan peraturan tersebut diatas mengalami kegagalan.
Keadaan provinsi diseberang lautan dalam kenyataannya sama dengan koloni-koloni
dimasa sebelumnya atau perubahan yang dilakukan hanya sedikit.
Dengan
dijalankan politik paternal yang bertujuan membentuk golongan elite dikalangan
penduduk pribumi berati bahwa pemerintah “segreation” atu
pemisahan di bidang sosial. Dasarnya bukan warna kulit tetapi kultur. Didalam
masyrakat, hanya orang-orang Portugis dan asimilados saja yang mempunyai hak
sebagai warganegara. Syarat-syarat untuk diterima sebagai asimilados-asimilados
ialah bahwa penduduk pribumi itu harus terpelajar dan harus lulus dalam
pengujian mengenai kultur Poertegis; disamping itu harus beragama Katholik Roma
dan memilik standar hidup yang lebih tinggi dari pada penduduk yang masih hidup
dalam kesukuan.
Penduduk
dalam jumlah besar tidak mempunyai hak kewarganegaraan, mereka dipaksa dengan
kasar dan keras untuk bekerja kepada pemerintah dan kolonis-kolonis kulit
putih. Kerja paksa untuk pemerintah misalnya pembuatan jalan-jalan,
jembatan-jembatan dan bagunan-bagunan lainya. Adanya buruh paksaan
diperkenankan secara terang-terangan bahkan terdapat agen-agen yang menyerhkan
buruh-buruh tersebut untuk diperkerjakan pada pengusaha-pengusaha perkebunan.
Kerja paksa merupakan hal yang biasa berlangsung koloni-koloni oleh pemerintah
akan dipertahankan. Alasan yang di pakai ialah untuk mendidik masyarakat yang
malas dapat bekerja. Oleh sebab itu pemerintah mengeluarkan peraturan yang
berisi bahwa setiap orang harus memilik surat keterangan yang menyatakan bahwa
ia petani perseorangan; mereka yang tidak mempunyai surat tersebut harus
mencari pekerjaan.
c.
Akibatnya bagi Portugal
Dalam
pelaksanaan politik paternal, bidang edukasi memegang peranan penting. Dalam
bidang ini Gereja Katholik Roma dan Sending besar jasanya. Pemerintah
memberikan subsidi kepada misi. Namun demikian dapat dikatakan bahwa
perkembangan pendidikan berjalan sangat lambat, hal ini disebabkan karena
penduduk dimetropolitan Portugal sendiri kurang dari 50% masih buta huruf.
Sistem pendidikan dan buku-buku pelajaran yang dipakai dikoloni sama dengan
yang berlaku di Portugal.
Akibatnya
pada tahun 1950 penduduk yang secara resmi di asimilados sangat sedikit, dan
pada tahun 1962 jumlah buta huruf mencapai 99%. Banyak penduduk yang terdidik
menolak untuk menjadi asimilados, karena mereka takut terpisah dari masyarakat
dan mereka juga merasa berat menanggung beban pajak-pajak ekstra. Pendidikan
terutama ditujukan untuk membentuk golongan elite yang mempunyai kecakapan
praktis, sehingga dapat menjadi buruh setengah terdidik. Jumlah sekolah yang
terbatas dan kurangnya modal untuk mengusahakan kekayaan yang terpendam
mengakibatkan koloni-koloni Portugis itu di Angola dan Mozambique menjadi
daerah yang paling terbelakang. Walaupun keduanya mempunyai potensi yang sangat
penting. Bandar-bandar seperti Lorenco Margues dan Beira, Lobito dan Luanda
merupakan kunci yang yang strategis.oleh karena itu daerah ini menjadi
perebutan antara modal Inggris dan modal Jerman.
Ketika
pemerintah Portugal mengajukan peminjaman kepada Jerman, Jerman memakai
kesempatan itu mulai beroperasi di daerah Angolaselatan, yang telah di tunjuk
oleh Portugal untuk kepentingan modal Jerman. Dengan bantuan pemerintah jerman,
sekelompok kaum modal Jerman di pimpin oleh Discontogesellschaft membeli
sebagin besar saham-saham dalam Mossamedes Company yang memiliki
tanah, tambang-tambang dan hak didirikan jalan kereta api di Angola. Transaksi
ini disebut “Business of Millions”.
Mossamedes
Company didirikan pada 1894, mendapat daerah konsesi di
Angola selatan sebesar lebih kurang 23 juta hektar dengan penduduk lebih kurang
4 juta jiwa. Secara nominal kongsi tersebut milik pemerintah Portugal tetapi
hampir selutuh modal adalah milik kelompok Cecil Rhodes. Cita-cita Cecil Rhodes
menguasai ekonomi Afrika baratdaya, mulai direalisasikan pada awal tahun
1890-an. Pada waktu itu modal kongsi dagang Jerman antara lain dipimpin oleh
Hansenmann, pemerintah Jerman mengijinkan modal Inggris masuk ke Afrika baratdaya.
Pada tahun 1892 di bentuk South West African Company yang
beroperasi di daerah Damara. Lama-lama kongsi ini semakin maju dan di kuasai
oleh Inggris. Dengan didirikan Mossamedes Company Inggris
berusaha menguasai ekonomi Angola, tetapi Inggris harus berhadapan dengan
Jerman karena pada sebelumnya Inggris pernah kerjasama dengan Jerman yang
disebut Anglo German Convention (1898), oleh karena itu Inggris harus
bersaing dengan Jerman, dan Inggris membuat perjanjian rahasia dengan Portugal
yang dikenal dengan nama “Windoor Treaty” yang berisi bahwa Inggris
menjamin integritas koloni-koloni Portugal; ini berarti pembatalan terhadap Angola-German
Convention (1898).
2.
Spanyol
a.
Kepentingan Spanyol
Koloni
Spanyol lebih sedikit dan kurang berarti, meliputi : Rio de Oro, Rio Muni,
Guinea, Fernando Po dan daerah kecil di Maroko. Daerahnya yang di Marokalah
yang paling berarti. Penduduknya ± satu juta dan koloni tersebut hanya di
pergunakan untuk keperluan militer. Kenyataan membuktikan bahwa karena bantuan
tentara Mor dari Maroko, Jendral Franco keluar sebagai pemenang dalam perang
saudara di Spanyol.
Politik
kolonial Spanyol di Afrika juga tidak berarti. Protektorat Spanyol di Maroko
yang berdasarkan perjanjian Algeciras. Berakhir sesudah Perancis mengakui
kemerdekaan Maroko Perancis (1956). Kemudian sultan Marokomengadakan
perundingan dengan Spnyol yang berakhir dengan penyerahan daerah Spanyol
tersebut kepada sultan. Dengan dihapusnya pemerintahan di Tanger (1956), maka
kesatuan Maroko dapat tercapai.
3.
Italia
a.
Kepentingan Italia
Sebelum perang Dunia I berkobar,
koloni Italia di Afrika meliputi daerah Libia, Eritrea, dan tanah Somalia. Luas
seluruhnya 700.00 mil persegi, berarti enam kali luas negara metropole. Dari
tiga koloni tersebut, Libia adalah yang terbesar, tetapi daerahnya tidak subur.
Pada 1912 daerah tersebut menjadi milik Italia dan pada 1913 Italia memperluas
koloni tersebut makin kepedalaman. Didaerah yang tandus, terdiri atas gurun
pasir itu Italia berhadapan dengan Sayid Idris as Sanusi, pemimpin agama islam
yang menolak kekuasaan Italia. Perlawanan sanusi tersebut berlangsung sampai
1931.
Dalam Perang Dunia I Italia tidak
hanya mempertahankan wilayahnya di Afrika tetapi ia berusaha untuk
memperluasnya. Oleh sebab itu Italia menerima tawaran Inggris untuk menggabung
pada sekutu.
Sebenarnya sejak 1882 Italia telah berggabung dalam
Triple Alliance. Tetapi ketika perang berkobar Italia mula-mula bersikap
netral, tidak memihak negara Sentral. Ini berarti perjanjian rahasia Prancis-Italia
1902 dihidupkan kembali. Pada 1915 Italia menandatangani perjanjian rahasia
dengan sekutu, ia akan diberi bantuan uang yang dijanjikan penambhan
daerah-daerah di Afrika, Austria, dan Turki. Pada 1915 Italia mengungumkan
perang kepada Austria dan setelah perang selesai Italia ada pada pihak yang
menang.
Apa yang dijanjikan sekutu dalam
perjanjian rahasia di London , tidak semuanya dipenuhi. Tambahan daerah
yang diterima pada 1919 hanya sedikit sekali dan dari prancis mendapat daerah
oase Ghadmes dan Ghat ; Inggris tidak keberatan apabila menduduki oase Kufra
dan sekitarnya, tempat pusat gerakan sanusi. Italia menunutut daerah yang
menghubungkan Libia dengan danau Tsad. Tuntutan ini ditolak sebab merugikan
Prancis berhubung hubungan diantara daerah Afrika Barat Prancis dengan Afrika
Equatorial Prancis menjadi terhalang.
Sesudah Perang Dunia I berakhir,
Italia sangat kecewa terhadap keputusan-keputusan perdamaian berhubung; (1)
harapanya memperoleh daerah-daerah di Afrika bekas koloni Jerman tidak
terpenuhi ; bekas koloni Jerman dijadikan daerah mandat dan yang ditubjuk
sebagai mandataris adalah Inggris. Prancis, Belgia dan Uni Afrika Selatan. (2)
harapan memperoleh kembali daerah-daerah Italia Irredenta dibawah kekuasaaan
Inggris , Prancis dan Austria : Tessano, Savoya, Corsica dan Malta tidak
tercapai. (3) harapan untuk mendapatkan tambahan daerah di Asia kecil tidak
terpenuhi. Dengan demikian Italia, satu-satunya negara imperialis yanf
selama Perang Dunia I belangsung berusaha melakukan ekspansi, terutama di
Afrika mengalami kegagalan.
b.
Ekspansi Facis Italia di Afrika dan Ethiopia
Ambisi memperluas daerah koloni
timbul lagi sesudah Italia dikuasai oleh kaum facis. Mussolini berusaha unutk
menghidupkan kembali prestige Imperium Roma Kuno. Oleh sebab itu Laut Tengah
harus dikuasai agar Italia tidak seperti “Tahanan di Laut Tengah” . lawan yang
harus dihadapi untuk mencapai cita-citanya ini terdiri atas banyak
negara-negara : Spanyol, Prancis, Albania, Inggris dan Turki. Oleh sebab itu
Mussolini insyaf akan pentingnya mencari sekutu.
Dalam usaha merebut supremasi di
Laut Tengah, Tunis menjadi daerah rebutan. Seakan-akan pertentangan Kartago
dengan Roma pada zaman kuna itu timbul kembali yang tujuanya juga untuk merebut
supermasi di Laut Tengah. Tunis sejak 1881 telah menjadi milik Prancis. Pada
waktu itu penduduk Italia di Tunis tercatat 11.200 jiwa , sedang orang Prancis
hanya 700. Sebelum Perang Dunia I jumlah tersebut berubah menjadi 88.000 orang
Italia dan 46.000 penduduk Prancis. Akan tetapi pada 1962 terjadi perubahan
pesat dimana penduduk Prancis menjadi 71.029 dan orang Italia 89.215.
Menurut Italia, tambahnya
penduduk Prancis tersebut tidak syah, karena merupakan hasil usaha menarik
orang-orang Italia masuk menjadi warga negara Prancis, bukan karena kelahiran
baru. Akan tetapi akhirnya Italia mengalami kegagalan dalam usahnya menguasai
Laut Tengah. Kegagalan itu disebabkan karena angkatan laut Prancis Jauh lebih
besar dari pada Italia. Hasil yang dicapai oleh pemerintah Mussolini
dihubungkan dengan politik imperialismenya adalah (1) menduduki oase Kufra,
pusat kedudukan tentara Sanusi (1931) ; cara yang dipakai untuk menguasai
daerah tersebut dikecam hebat oleh kalangan islam. (2) menduduki Eutohpia
(1936) dan raja Italia Vicktor Emanuel III dinobatkan menjadi kaisar Euthopia.
(3) Albania digabungkan pada Italia, merupakan Uni personil; Raja Vikctor
Emanuel III menjadi raja Albania disamping menjadi raja Italia (1939) ; dengan
ini laut Adriatik dapat dikuasai.
Pada waktu Ethiopia diserbu oleh
Italia (1935), penguasa negeri tersebut adalah kaisar Haile Selassi I, yang
menggantikan Empress Zauditu pada 1930. Ia memodernisasikan negerinya dengan
cara memberikan konstitusi tertulis dan parlemen yang terdiri atas dua kamar,
ditambah dengan badan pertimbangan dan angkatan perangnya diperluas. Sebelum
menjadi kaisar, ia terkenal dengan nama Tafari Makonen yang oleh Empress
Zauditu putri Manelik II diangkat sebagai penasehat utama Zaidatu, mangkubumi
dan pewaris. Pada waktu itu ia menggunakan pengaruhnya yang besar untuk
mengatur kembali negerinya , membangun sekolah-sekolah, rumah-rumah sakit dan
mengirim putera-putera nEthopia keluar negeri unutk belajar. Pada 1923 ia
berhasil membawa Euthopia masuk sebagai anggota Lembaga Bangsa-Bangsa. Pada
1924 ia bejasa dapat menghapus perbudakan.
Pada 1902 inggris mendapat janji
dari Eutophia bahwa tidak ada negeri lain yang akan menggunakan air dari danau
Tana. Untuk Inggris danau Tana sangat penting artinya, sebab dari danau tersebut
mengalirlah salah satu dari sumber sungai Nil Biru yang dipergunakan untuk
mengairi perkebunan kaps di sudan.
Pada 1906 tercapailah perjanjian antara
Inggris-Prancis-Italia, yang berisi bahwa tiada dari satu negara tersebut dapat
melakukan tindakan atas Ethopia tanpa pengetahuan atau persetujuan dua negara
lainnya.
Pada 1919 janji yang diberikan
sekutu kepada Italia dalam perjanjian rahasia di London (1915), pelaksanaanya
tidak memenuhi kehendak Italia, terutama pasal yang menyangkut tambahan daerah
di Afrika. Diterangkan bahwa Italia kan mendapat kompensasi terutama dalam
hubungan penetuan batas-batas koloni Italia : Erytrea, Somali dan Libia dengan
daerah-daerah koloni Inggris dan Prancis yang ada disekitarnya. Sebagai ganti
atas kekecewaan itu, pada 1919 Italia mengusulkan supaya ia diberi kompensasi
yang menyangkut Ethiopia. Karena di danau Tan akan menjadi milik Inggris di
Ethiopia, misalanya dalam permintaan kepada Negus untuk membuat jalan raya dari
danau Tana ke Sudan. Sebaliknya Inggris akan membantu Italia dalam permintaan
yang diajukan kepada Negus untuk mendirikan jalan kereta api dari Erytrea ke
Somalia Italia melalui daerah Ethiopia. Dengan ini seakan-akan berlaku lagi
daerah pengaruh Italia di Ethiopia berdasarkan perjanjian Inggris-Italia 1891.
Pada 1928 masih dapat dicapai perjanjian yang
sifatnya bersahabat antara Italia Ethiopia , berisi perluasan perkembangan
ekonomi baik Ethiopia maupun Erytrea dengan mendirikan jalan raya yang
menghubungkan Dessi-ibukota provinsi Wollo di Ethiopia dengan Assab, kota di
Erytrea yang terletak dipantai Laut Merah. Dengan melalui perjanjian tersebut
Italia dapat memasuki daerah pertahanan alam Ethiopia yang berupa gurun pasir.
Tetapi kaisar Haile Selessie cukup cerdik dan ia tidak mau menyelesaikan pekerjaan
tersebut walaupun sudah dimulai.
Pada 1934 Italia tidak senang
melihat tindakan Haile Selessie yang memodernisasi negerinya dan memperluas
angkatan perangnya. Padahal tindakan kaisar Ethiopia itu adalah sebagai reaksi
terhadap perluasan pertahanan yang dilakukan oleh Italia di Somalia dan
Erytrea.
Beberapa insiden terjadi pada tahun 1934, yang
diikuti dengan pertikaian antara tentara patroli di Walwal dan tempat-tempat
perbatasan lainya. Ketika Italia mengirim angkatan perangnya ke Afrika, Ethopia
mengadukan masalah tersebut kepada Lembaga Bangsa-Bangsa. Akan tetapi sebelum
Lembaga Bangsa-bangsa selesai mempelajari masalah pertikaian Italia-Ethiopia ,
Prancis dan Italia telah menandatangani suatu fakta di Roma ( Januari 1939).
Keduanya takut kan perkembangan politik di Jerman yang mengancam kemerdekaan
Austria. Mussolini mendekati Paris dan Prancis menerimanya dengan senang hati.
Maka tercapailah pakta Laval Mussolini yang berisi (1) keduanya akan berunding
jika keadaan Austria terancam. (2) Prancis memberi tambahan daerah untuk Libia
sebesar 45.000 mil persegi dan sedikit dari somalia Prancis untuk digabungkan
pada Erytrea, sehingga Italia mendapat sebagaian daerah sahara dan jalan keluar
menuju keteluk Aden. (3) Italia boleh menanamkan sahamnya dalam maskapai jalan
kereta api Prancis yang menghubungkan Addis Ababa dengan jibuti. (4) diusahakan
hubungan baik antara keduanya di Tunis ; hak-hak mendirikan sekolah dan hak
kewarganegaraan istimewah untuk penduduk Italia di Tunis diperluas. Berdasarkan
perjanjian rahasia, Italia diberi kebebasan bertindak terhadap Ethiopia.
Bagi Italia , Ethiopia kan
dijadikan sumber bahan mentah yang akan memperkaya Italia, sumber bahan pangan
bagi Italia dan sumber tenaga manusia untuk fascis Italia.
Jika kita perhatikan isi pakta Laval-Mussolini itu
sangat menguntungkan Italia, karena negara-negara Sekutu ingin menarik Italia
pada fihaknya. Padahal sesudah Perang Dunia I berakhir Italia tidak begitu
senang kepada sekutu, karena merasa ditiou. Bagi Italia pasal yang berbunyi
“memberi kebebasan bertindak kepada Ethiopia “ sangat penting, karena Italia
mengetahui bahwa kaisar Haile Selessei merintangi terlaksananya perjanjian
1928. Maka hanya dengan perang, Ethiopia akan menjadi koloni Italia.
Pada 1935 diadakan pengadilan mengenai
insiden Walwal. Kaisar Haile Selessei bersedia memegang teguh perjanjian
Italia-Ethiopia (1928). Italia mula-mula setuju, tetapi kemudian atas saran
Lembaga Bangsa-Bangsa , wakil-wakil Prancis, Inggris dan Italia supaya
berunding untuk memperoleh suatu penyelesaian bagi seluruh masalah Ethiopia.
Ketiga penguasa tersebut yang masing-masing mempunyai daerah disekitar
Ethiopia, menghendaki agar Ethiopia dibagi menjadi daerah pengaruh mereka.
Tetapi Prancis yang terikat oleh pakta 1935, lalu menganjurkan kepada Haile
Selessei memberi konsesi ekonomi yang banyak kepada Italia. Inggris dapat
menyetujui, tetapi Italia menolak karena Mussolini menghendaki menganeksasi
Ethiopia.
Dalam perundingan Lembaga
Bangsa-Bangsa di Jenewa, Inggris adalah yang paling anti Italia, sebab jika
usaha facis itu berhasil, pasti akan membahayakan kedudukan Inggris disepanjang
Laut Merah, Afrika Timur Laut dan kemenangan itu juga akan mendorong facis
terus melakukan ekspansi teritorial. Tetapi sebaliknya Prancis masih mencari formula-formula
yang dapat memuaskan Inggris dan Italia.
Sementara Lembaga Bangsa-Bangsa
sedang sibuk mencari penyelesaian tentang masalah Ethiopia (Oktober 1935),
tentara Italia dengan perlengkapan modern menyerbu Ethiopia dari jurusan utara,
timur dan selatan. Alasan yang dikemukakan ialah bahwa “gerakan strateggis
tersebut diperlukan untuk melindungi Erytrea dan Somali Italia dari
agresi-agresi” .
Lembaga Bangsa-Bangsa memutuskan
Italia sebagai agresor dan dikenakan sangsi-sangsi finansial dan ekonomi. Tetapi
Italia tidak mengubah sikapnya. Sesudah Ethiopia diduduki (19360, kaisar Haile
Selessei melarikan diri ke London dan mengajukan protes kepada Lembaga
Bangsa-Bangsa mengenai agresi Italia terhadap negrinya.
Pada 1936-1942 Ethopia kehilangan
kemerdekaanya. Victor Emanuel III diangkat menjadi kaisar Ethiopia. Pada 1936
dibentuk Afrika Timur Italia meliputi Ethiopia, Somalia Italia dan Erytrea.
Kemudian diadakan militerisasi Afrika Timur Italia. Tindakan selanjutnya
akan merebut daerah Somali Prancis, kemudian Sudan, Kenya dan Uganda.
Untuk dapat mengambil hasil
kekayaan alam Ethiopia, Italia membuat “Rencana 6 tahun “. Barang-barang yang
diharapkan ialah bahan-bahan mentan seperti kapas, wool dan bahan pangan
seperti gandum disamping hasil pertambangan. Dari tambang-tambang besi dan batu
bara akan diusahakan untuk membuat pabrik-pabrik baja, jalan-jalan kereta api,
meriam dan senjata api.
Tetapi sesudah 1 setengah tahun
“Rencana” tersebut dijalankan, hasil yang diimpi-impikan belum dapat dipetik,
karena adanya sangsi-sangsi dari Lembaga Bangsa-Bangsa dan perlawanan rakyat
Ethiopia yang masih terus dilanjutkan. Juga karena kekurangan modal, banyak
tambang-tambang yang kaya tidak dapat dieksplotir menurut rencana.
Sesudah Italia menduduki
Ethiopia, politik luar negrinya berubah. Italia makin menjahui bekas sekutunya
dan mendekati Jerman. Hal ini disebabkan karena Jerman tidak ikut menjalankan
sangsi Lembaga Bangsa-Bangsa terhadap Italia. Disamping itu Jerman juga
mengakui kekuasan Italia di Ethiopia. Dengan demikian maka pada 1936
terbentuklah persekutuan Nazi dan Facis dan bersama-sama membnatu jendral
Franco yang melakukan Perang saudar di spanyol. Latar belakang Nazi membantu
jendral Franco adalah untuk memperoleh bantuan berupa bahan-bahan pertambangan dari
spanyol sedang bagi Facis untuk dapat menguasai Laut Tengah bagian barat.
Pada 1938 Italia menuntut Tunis
dengan alasan membela penduduk Italia di Tunis yang ditindas oleh Prancis.
Berikutnya Italia juga menuntut Pulau Corsica , Savoya dan Nizza dari Prancis.
Tetapi semua tuntutan tersebut tidak berhasil . pada 1940 Somali Inggris
diduduki oleh Italia , tetapi walaupun daerahnya bertambah, hubungan dengan
negri induk terputus, hanya dapat dilakukan melalui udara. Italia juga
merencanakan menguasai terusan Suez yang akan dilakukan melalui Libia.
Dilain fihak Inggris mengadakan
perjanjian dengan Mesir “Anglo-Egyptian Treary’ (1936), berisi Inggris diberi
izin untuk memakai Mesir sebagai basis perang dan Mesir juga akan memebri
bantuan militer. Kemajuan yang diperoleh jendral Grazini (Italia) dalam
mendekati perbatasan Mesir akhirnya pada 1941 tertahan dan dipukul mundur oleh
gabungan tentara inggris dan Prancis. Pos-pos militer Italia Sudan untuk
mengadakan operasi di Afrika Timur. Bersama tentara sekutu, daerah Afrika Timur
Italia akhirnya dapat direbut kembali. Ini berarti bahwa usaha Mussoloni untuk
menguasai Afrika Timur dan Suez gagal sama sekali.
Haile Sellessie kembali berkuasa
sebagai kaisar dan selama 9 bulan berlaku pemerintahan militer dinegrinya. Pada
Januari 1942 Ethiopia mengadakan persetujuan dengan Inggris. Parlemen Ethiopia
dibuka kembali dan kabinet baru dibentuk .
Dalam periode-periode berikutnya
Kaisar giat memperluas pendidikan, melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam
bidang administrasi, sosial dan pengadilan. Pada 1955 konstitusi Ethiopia
ditinjau kembali ; keputusan yang diambil menentukan bahwa kaisar menjadi
kepala pemerintahan dan kepala negara dengan kekuasaan menuju kabinet ;
Parlemen terdiri atas dua kamar senat ditunjuk oleh kaisar sedang anggota Dewan
Perwakilan Rakyat ; pilih langsung oleh rakyat. Pemilihan umum untuk pertama
kali akan dilangsungkan pada 1957.
2.4. Perubahan-Perubahan di Afrika
1. Portugal
a.
Bidang Ekonomi
Ø Portugal mengembangkan perekonomian Afrika
melalui kerjasama dengan negara eropa lainnya seperti Jerman.
Ø Membuka lahan perdagangan di Angola.
Ø Masyarakat diberikan pekerjaan yaitu
berkerja di perkebunan.
b.
Bidang Pendidikan
Ø Masyarakat Afrika diperkenalkan Pendidikan
walaupun mengunakan bahasa Portugal.
Ø Masyarakat memiliki kecakapan tertentu
Ø Dapat mengenal bahasa dan kultur portugis.
c.
Bidang Sosial-Budaya
Ø Masyarakat digolongkan berdasarkan kultur
bukan warna kulit.
Ø Masyarakat diperkenalkan budaya Portugal
Ø Masyarakat mengenal Kepercayaan yaitu Agama
Katholik Roma.
2. Italia
a.
Politik
Ø Pada waktu Ethiopia
diserbu oleh Italia (1935), penguasa negeri tersebut adalah kaisar Haile
Selassi I, yang menggantikan Empress Zauditu pada 1930. Ia memodernisasikan
negerinya dengan cara memberikan konstitusi tertulis dan parlemen yang terdiri
atas dua kamar, ditambah dengan badan pertimbangan dan angkatan perangnya
diperluas.
Ø Pada 1955 konstitusi
Ethiopia ditinjau kembali ; keputusan yang diambil menentukan bahwa
kaisar menjadi kepala pemerintahan dan kepala negara dengan kekuasaan menuju
kabinet ; Parlemen terdiri atas dua kamar senat ditunjuk oleh kaisar sedang
anggota Dewan Perwakilan Rakyat ; pilih langsung oleh rakyat. Pemilihan umum
untuk pertama kali akan dilangsungkan pada 1957.
b.
Pendidikan
Ø Perluasan pendidikan,
pembaharuan-pembaharuan dalam bidang administrasi, sosial dan pengadilan
terjadi di Afrika khususnya Ethiopia.
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Afrika
adalah benua terbesar kedua setelah Asia. Afrika mempunyai sumber kekayaan alam
yang begitu melimpah. Tidak banyak yang menyadari bahwa Afrika memiliki sumber
daya alam yang begitu menggiurkan hingga seorang penjelajah bernama D.
Livingstone dan H.M. Stanley membuka rahasia “benua gelap” tersebut. Mulailah
bangsa barat berdatangan ke Afrika untuk menguasai benua tersebut. Daerah
Afrika Barat dan Timur merupakan daerah sasaran pedagang barat. Pembentuk
imperium-imperium dari Jerman, Inggris, dan Perancis saling bersaingan untuk
mendapatkan daerah pengaruh. Daerah Afrika Barat seperti Dahomey, Pantai Gading
dan Guinea, merupakan “jendela-jendela laut” yang penting bagi pedagang dan
sebagai pangkalan untuk meneruskan pengluasaan pengaruh ke daerah pedalaman.
Sehingga daerah-daerah tersebut menjadi bahan rebutan bagi para
pedagang-pedagang tersebut. Sedangkan di Afrika Timur, pedagang-pedagang barat
yang bersaing antara lain Jerman dan Inggris. Daerah yang diperebutkan adalah
daerah sebelah utara Mozambique (jajahan Inggris) samapai daerah Sudan.
Kolonialisasi
yang dilakukan oleh bangsa eropa sedikit banyak memberikan perubahan terhadap
perkembangan dunia Afrika, mulai dari pendidikan, politik, ekonomi,
sosial-budaya, dan juga pemerintahan dll. Seperti yang telah dilakukan Portugal
tehadap Angola, ini membuat sejarah penting bagi Angola itu sendiri.
Perubahan-perubahan yang dialami memang cukup lambat hal ini dikarenakan
masyarakat Afrika yang sedikit tertinggal dari Eropa. Melalui kolonialisi pula
bangsa Afrika belajar tentang dunia luar, untuk menata bangsanya sendiri.
Seperti politik Portugal, Spanyol, dan Italia, masing-masing negara tersebut
memberikan pengaruh terhadap koloninya, dalam bidang politik, ekonomi,
sosial-budaya, pendidikan dan pemerintahan.
Afrika Selatan merupakan salah satu negara tertua
di benua Afrika. Banyak suku telah menjadi penghuninya termasuk suku Khoi, Bushmen, Xhosa dan Zulu.
Penjelajah Belanda yang
dikenal sebagai Afrikaner tiba disana
pada 1652. Pada
saat itu Inggris juga berminat dengan negara ini, terutama setelah penemuan
cadangan berlian yang
melimpah. Hal ini menyebabkan Perang Britania-Belanda dan dua Perang Boer. Pada
1910, empat republik utama
digabung di bawah Kesatuan Afrika Selatan. Pada
1931, Afrika Selatan menjadi jajahan Britania sepenuhnya.
Daftar Pustaka
id.wikipedia.org/wiki/Uni_Afrika_Selatan
Soeratman Darsiti, sejarah
afrika zaman impralisme modern, jilid I.Yogyakarta 1974
Tidak ada komentar:
Posting Komentar